Al'loggio
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

[CLOSED] Now what?

2 posters

Go down

[CLOSED] Now what? Empty [CLOSED] Now what?

Post by Dylan Stephens Fri Jun 19, 2009 3:46 pm

Timeline: Setelah If I can tell you...
Setting: Malam, sekitar 7 PM

---

Matanya terbelalak melihat sosok yang sekarang ada di hadapannya.

Alec di dalam lift, bersama dirinya. Hanya berdua. Pintu lift sudah tertutup. Artinya, ia sudah tidak ada kesempatan kabur, bukan? Ia yakin anak ini pasti lelah berlari. Mengapa anak ini berlari? Mengejar dirinya, tentu. Namun, mengapa anak ini mengejar dirinya? Kembali ke hal yang tadi; anak ini memintanya untuk menunggu, tetapi itu tidak Dylan lakukan. Kecemasan membuatnya lepas kontrol dan bertingkah tidak dewasa. Ya, ia tahu tingkahnya tidak dewasa, lari.

Lalu, sekarang apa?

Alec belum mengucapkan sepatah kata pun, belum. Dylan menerka apa yang anak ini akan ucapkan. Bertanya soal hal tadi? Atau anak ini sudah sadar dan meminta penjelasan? Atau malah anak ini memakluminya dan berkata kalau mereka tetap bisa jadi teman? Atau anak ini malah tidak mengerti sama sekali dan meminta penjelasan ulang dari Dylan? Atau anak ini hanya mengikuti instingnya untuk mengejar Dylan. Ah, ia tidak mengerti. Walau menyukai anak ini, ia tidak paham jalan pikiran anak ini. Terlalu berbeda dengannya, nampaknya.

Rasa cemas masih meyelimuti dirinya, ia memasukan kedua tangannya di saku celana, jantungnya berdebar kencang, keringat dingin mengucur tetes demi tetes dari dahinya, dan ia menatap anak lelaki itu dengan mata hijau keemasannya.

Satu detik, dua detik, tiga detik. Kesunyian ini seakan membunuhnya.
Dylan Stephens
Dylan Stephens
Member
Member

Posts : 38
Points : 44
Reputation : 0
Join date : 11.06.09
Age : 31

Character Bio
Job: 1st Grade Senior High School
Status: Single
Self-quote: "We live with others."

Kembali Ke Atas Go down

[CLOSED] Now what? Empty Re: [CLOSED] Now what?

Post by Aleciel Godwin Fri Jun 19, 2009 3:58 pm

Begitu sampai di dalam lift, Alec segera membungkukkan badannya, kedua tangan memegang lutut. Ia berusaha mengatur nafasnya yang memburu setelah berlari. Setelah pernafasannya kembali normal, Alec mengangkat tubuhnya dan menatap Dylan.

"Kau..." Ia memulai. Namun setelah itu pikirannya kosong. Ia tidak tahu harus berkata apa. Beberapa detik berlalu dalam diam. Kepalanya berpikir keras. Apa yang bisa kau katakan pada sahabatmu, yang seorang pemuda, setelah Ia mengaku kalau Ia mencintai dirimu yang juga seorang pemuda? Mengapa sekolah tidak pernah mengajarinya hal-hal penting seperti itu?

Tidak mempunyai sepatah kata pun untuk diucapkan, Alec hanya berdiri diam. Matanya mengarah ke lantai lift, tidak berani melihat Dylan. Jantungnya yang mulai berdetak normal kini berulah lagi. Di kepalanya Ia mengutuk ketergesa-gesaannya dalam mengambil keputusan untuk mengejar Dylan.
Aleciel Godwin
Aleciel Godwin
Member
Member

Posts : 48
Points : 50
Reputation : 0
Join date : 06.06.09
Age : 30

Character Bio
Job: SMU kelas 1, tapi sedang mencari kerja paruh waktu
Status: Single
Self-quote: "Take it easy, things will work out eventually..."

Kembali Ke Atas Go down

[CLOSED] Now what? Empty Re: [CLOSED] Now what?

Post by Dylan Stephens Fri Jun 19, 2009 4:08 pm

Kau--- apa?

Alec tidak melanjutkan ucapannya, membuat Dylan menjadi berpikir ada apa dengan anak ini. Mungkin perkiraannya yang terakhir benar; Alec hanya mengejarnya tanpa tahu harus berkata apa. Mata hijau keemasan itu menatap ke bawah, ke lantai lift, berpikir. Mungkin sahabatnya kaget dengan pernyataannya. Mungkin sahabatnya tidak siap. Mungkin Alec masih ingin bersahabat dengannya, tetapi bingung bagaimana mengatakannya. Atau mungkin, Alec marah dengannya? Dylan juga tidak mengerti. Tangannya yang masih masuk ke sakunya sedikit meremas sejumput kain di dalam. Ia juga sama paniknya.

Hijau keemasan itu berusaha bertemu hijau lumut. Senyum yang agak miris itu terbentuk di wajahnya.

"Kamu tidak suka? Atau kamu kecewa, Alec?"

Hanya itu yang terpikir di otaknya. Ia sedikit bersadar pada dinding lift, kepala sedikit menunduk, sebelum mendongak. Ah, seharusnya ia tidak berpikir terlalu negatif tentang sahabatnya. Sahabatnya ini, kan, orang yang cukup terbuka. Pasti Alec mau menerimanya apa adanya, walau perasaannya tidak bersambut sekalipun. Namun, mengapa rasa takut masih membayanginya? Sekarang, ia merasakan belakang lehernya agak basah. Keringat dingin, kah?

Satu detik, dua detik, tiga detik. Waktu tidak berhenti membunuhnya.
Dylan Stephens
Dylan Stephens
Member
Member

Posts : 38
Points : 44
Reputation : 0
Join date : 11.06.09
Age : 31

Character Bio
Job: 1st Grade Senior High School
Status: Single
Self-quote: "We live with others."

Kembali Ke Atas Go down

[CLOSED] Now what? Empty Re: [CLOSED] Now what?

Post by Aleciel Godwin Fri Jun 19, 2009 4:27 pm

Alec masih berpikir keras, mencoba menggerakan gerigi-gerigi di otaknya. Tidak berhasil. Ia masih tidak tahu harus berkata apa. Ia menggigit bibir bawahnya, sementara kedua tangannya mengepal. Alec bersumpah Ia dapat mendengar detakan jantungnya sendiri di keheningan ini.

Namun tiba-tiba Dylan mengeluarkan suara. Ia bertanya. Pertanyaan yang membuat jantung Alec, bila itu mungkin, berdetak semakin cepat.
Perlahan Ia mengangkat pandangannya dan menatap Dylan yang sekarang bersandar di dinding lift.

"Aku..." Alec menggigit bibirnya lagi, sementara pandangannya pun kembali ke lantai. Ia berusaha berpikir sebelum melanjutkan ucapannya. Ini jelas masalah yang senstitif. Ia tidak mau mengacaukan hubungannya dengan Dylan. Namun Ia tidak tahu apa yang dia rasakan saat ini. Terkejut? Sudah pasti. Tapi tidak suka dan kecewa?
...
Rasanya tidak.

Alec menggelengkan kepalanya. Ia tetap memandang lantai.
"Aku hanya kaget," Ia berkata pelan. Ia kembali diam.
Ia kaget dan juga takut. Entah apa yang dia takuti. Pemuda di depannya?
Mungkin saja.

"Apa yang membuatmu menyukai ku?" Akhirnya dia memberanikan diri untuk bertanya. Matanya kembali memandang Dylan. Kedua tangannya Ia bawa ke depan dan mulai saling meremas, berusaha melepaskan ketegangan dalam dirinya.
Aleciel Godwin
Aleciel Godwin
Member
Member

Posts : 48
Points : 50
Reputation : 0
Join date : 06.06.09
Age : 30

Character Bio
Job: SMU kelas 1, tapi sedang mencari kerja paruh waktu
Status: Single
Self-quote: "Take it easy, things will work out eventually..."

Kembali Ke Atas Go down

[CLOSED] Now what? Empty Re: [CLOSED] Now what?

Post by Dylan Stephens Sat Jun 20, 2009 2:37 pm

Kaget, ya? Reaksi yang wajar. Siapa yang tidak kaget kalau mendengar sahabatnya sendiri menyukai dirinya? Ditambah lagi, sahabatnya itu berjenis kelamin sama. Yang dibicarakan di sini bukan sekedar suka atau sayang antar sahabat, tetapi cinta. Perasaan yang diketahui orang-orang adalah hal yang dalam.

Warna hijau keemasan itu bertatapan dengan hijau lumut, pertanyaan terlontar dari yang satu. Dylan menelan ludah. Haruskah ia mencurahkan isi hatinya atas semua hal yang ia sukai dari Alec? Harusnya ia menjabarkan jawabannya seperti seorang analisis menunjukkan hasil penelitiannya di depan umum? Atau ia hanya perlu sepatah dua patah kata yang mewakilkan segalanya?

Lelaki berambut hitam itu kembali menatap lantai lift, tidak punya nyali untuk menatap bola hijau lumut itu terlalu lama. Ia takut akan terhipnotis. Apalagi, hanya mereka berdua yang ada di sini. Ia tidak habis pikir kalau tubuhnya tiba-tiba bergerak tidak sesuai dengan logikanya.

"Aku," ia berusaha merangkai kata, menghela nafas sekali sebelum melanjutkan pembicaraannya, "tahu kalau sifat kita berdua berbeda. Kamu yang cenderung santai dan aku yang cenderung serius. Yin dan yang, itu yang terlintas dipikiranku ketika melambangkan hubungan kita berdua."

Ia mengambil nafas sebelum menghembuskannya lagi. Rasanya dirinya menjadi berat. Rasanya jantungnya berdebar semakin kencang. Ia berusaha tenang, berusaha menepis semua rasa malu dan ragu, wajah yang nyaris memerah ia coba tahan. Dadanya naik turun. Ia tegang setengah mati.

"Kita berdua cocok. Kita saling berbagi dan kita saling melengkapi. Keberadaanmu menjadi keberadaan yang penting bagiku. Dirimu yang selalu terlihat apa adanya membuatku kagum. Cinta bukanlah perasaan yang tercipta dengan cepat. Rasa kagum itu berubah menjadi suka dan waktu yang kita lalui berdua mengantarku untuk membuatnya menjadi cinta."

Ia tidak ingat kalau ia bahkan belum menekan tombol lantai. Berarti mereka berdua naik turun di lift ini, tidak akan terbuka sampai ada seseorang yang berinisiatif menekan tombol. Atau mungkin orang luar. Penghuni apartemen itu bukan hanya mereka berdua, kan?

Ada pertanyaan yang sejak tadi mengganjal di hatinya. Namun, ia terlalu takut untuk bertanya ke sahabatnya itu. Ia terlalu takut kalau itu terjadi. Melihat Alec mengejarnya seperti ini, mungkin praduganya itu salah, tetapi tidak menutup kemungkinan benar mengingat sifat Alec yang tidak pikir panjang. Dylan menarik nafas sekali lagi, menghembuskannya, dan sekali lagi, berusaha menatap sahabatnya itu.

"Apa kamu takut padaku, Alec?"

Namun, ia sadar kalau ia tidak normal dan manusia takut dengan hal yang asing baginya.
Dylan Stephens
Dylan Stephens
Member
Member

Posts : 38
Points : 44
Reputation : 0
Join date : 11.06.09
Age : 31

Character Bio
Job: 1st Grade Senior High School
Status: Single
Self-quote: "We live with others."

Kembali Ke Atas Go down

[CLOSED] Now what? Empty Re: [CLOSED] Now what?

Post by Aleciel Godwin Sat Jun 20, 2009 3:17 pm

Ia menyimak jawaban Dylan. Ia dapat merasakan kalau pemuda itu juga sama gugupnya dengan dirinya sendiri. Mendengar penjelasan sahabatnya itu, Alec merasa sedikit lega. Entah apa yang dia kira akan menjadi jawaban Dylan, namun yang jelas bukan sesuatu seperti. Bukan alasan normal seperti itu. Alasan itu biasa berlaku pada pasangan pria dan wanita. Ia tidak mengira pasangan sesama jenis juga dapat memiliki alasan se-simple itu. Tidak, Ia tidak dapat mengira apapun mengenai ini. Ini adalah hal asing baginya. Dan tiba-tiba harus berhadapan dengan hal yang Ia tidak kenal seperti ini membuatnya takut setengah mati.

Bagai dapat membaca pikiran Alec, Dylan bertanya apakah Ia takut pada dirinya.
Mata Alec melebar. Wajahnya terlihat terkejut dan bersalah, seperti seseorang yang tertangkap basah sedang melakukan suatu hal yang memalukan.

"Eh...aku..." Lidahnya terasa kelu. Pikirannya berkabut. Ia tidak tahu apakah harus jujur atau berbohong. Ia kembali menatap lantai. Sepertinya selama beberapa menit Ia di sini, lantai lift sudah menjadi objek favoritnya untuk dipandang.

"Aku..." Ia mencoba lagi, namun tetap tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Pengalih perhatian! Itu yang Ia butuhkan. Matanya berkeliling sesaat sebelum jatuh pada deretan tombol lift. Tidak ada satu tombol pun yang menyala, berarti belum ada di antara mereka berdua yang menekan salah satu tombol tersebut.

Dengan cepat Ia menekan tombol angka 5--lantai dimana kamar apartmennya berada. Ia dapat merasakan lift yang Ia naiki mulai bergerak ke atas, namun masih beberapa menit sebelum benda itu sampai di lantai yang dituju.

"Aku...memang takut saat ini," Ia akhirnya berkata jujur. Matanya tetap terpaku pada tombol lift. "Na-namun aku yakin, bila aku lebih tahu mengenai hal ini, aku pasti tidak akan takut lagi pada mu." Dalam hati Ia meneriaki lift itu untuk bergerak lebih cepat.
Aleciel Godwin
Aleciel Godwin
Member
Member

Posts : 48
Points : 50
Reputation : 0
Join date : 06.06.09
Age : 30

Character Bio
Job: SMU kelas 1, tapi sedang mencari kerja paruh waktu
Status: Single
Self-quote: "Take it easy, things will work out eventually..."

Kembali Ke Atas Go down

[CLOSED] Now what? Empty Re: [CLOSED] Now what?

Post by Dylan Stephens Sat Jun 20, 2009 3:52 pm

Hatinya sakit.

Kau tahu, rasanya seperti ada ribuan duri yang menusuk dadanya. Rasanya sakit. Ia sudah tahu ini akan terjadi ketika ia mengatakan perasaannya. Ia tidak pernah bermimpi ataupun berharap, karena ketika tidak terwujud, rasanya akan sangat tidak menyenangkan. Ia bisa berpikir realistis. Memang seharusnya ia tidak pernah mengatakannya. Seharusnya ia terus bertindak seperti sahabat yang baik dan bisa tetap dengan Alec seperti itu saja. Ia bahagia seperti itu.

Namun, sekarang semuanya hancur. Sekarang tidak akan bisa seperti itu lagi. Ia sadar, walau otaknya terus berkata bahwa ia tidak pernah berharap, tetapi hati kecilnya melakukannya.

Ia benci ketika perasaannya yang menggerakan tubuhnya, bukan logikanya.

Matanya melihat ke arah tombol lift yang menyala pada angka lima. Alec sudah mengakui kalau ia takut padanya. Ia menerka kalau kata-kata yang diucapkan Alec hanyalah untuk menghibur hatinya, agar ia tidak tersakiti. Padahal, tingkah laku Alec seakan mengisyaratkan ketakutannya. Dylan tidak bodoh, ia tahu, kok, kalau ia ada di posisi yang salah dan Alec di posisi yang benar karena ia takut. Dan sewajarnya orang yang takut, seharusnya ia kabur.

Ia tersenyum miris dan menatap tombol lift itu, berjalan sedikit, sebelum menekan angka tujuh.

"Tidak apa, Alec. Aku mengerti. Tidak perlu bohong padaku untuk menghiburku. Aku tidak akan menangis ataupun marah padamu. Aku ini laki-laki, Alec. Umurku 16 tahun. Aku tidak akan merengek dan memohon padamu agar kamu menerima keadaanku. Hidup itu pilihan, Alec, dan aku menerima pilihanmu. Aku," ia menelan ludahnya, "siap menerima kenyataan."

Kata-kata itu adalah bohong. Dusta. Ia tidak pernah siap menerima kenyataan. I kecewa. Ia sedih. Ia menyesal karena mengatakan hal itu dan merusak segalanya. Namun, apa yang bisa ia perbuat? Apakah rasa kecewa dan sedihnya akan membantunya memerbaiki masalah? Apakah penyesalannya bisa membuat semuanya menjadi baik kembali? Tentu saja tidak. Dan Dylan tahu, pasangan normal pun pernah mengalami penolakan yang menyakitkan. Cinta bukan segalanya dalam hidup Dylan, justru penolakan ini akan mendewasakannya. Ia masih memiliki keluarga, teman-teman lain, dan masa depan. Memang, detik ini ia akan merasa amat kehilangan karena ini menyangkut sahabat dekatnya. Namun, nasi sudah menjadi bubur.

Akan tetapi, ia boleh, kan, merasa sedih dan kecewa untuk kali ini saja?
Dylan Stephens
Dylan Stephens
Member
Member

Posts : 38
Points : 44
Reputation : 0
Join date : 11.06.09
Age : 31

Character Bio
Job: 1st Grade Senior High School
Status: Single
Self-quote: "We live with others."

Kembali Ke Atas Go down

[CLOSED] Now what? Empty Re: [CLOSED] Now what?

Post by Aleciel Godwin Sun Jun 21, 2009 1:20 pm

Dylan berkata kalau Ia mengerti, tapi Alec tahu itu bukan kenyataan. Alec dapat mendengar dengan jelas dari suara pemuda itu--perasaan sedih, sakit, dan kecewa. Dada Alec menjadi sesak. Hatinya sakit. Ia tidak bermaksud membuat sahabatnya menjadi sedih seperti ini, namun Ia juga tidak bisa mengingkari kalau Ia takut pada Dylan--bukan, bukan pada Dylan. Tapi pada perasaan cinta Dylan terhadapnya. Perasaan cinta seorang pria terhadap pria lain. Itu yang dia tidak mengerti. Itu yang dia takuti.

Dengan sebuah dentingan, lift yang Ia dan Dylan naiki berhenti, kemudian kedua pintu besinya terbuka. Lantai 5--Ini tempat dimana Ia harus keluar.

Alec melirik ke arah Dylan sebelum melangkah melewati pintu lift. Ia berhenti sesaat di depan lift, memutar tubuh, dan menatap sahabat yang perasaannya telah Ia sakiti.

"Dylan, maaf!" Alec setengah berteriak tepat sebelum pintu lift menutup.

Ia menahan tatapannya pada benda tersebut sambil berbisik, berusaha menahan tetesan air mata, "...maaf..."
Lalu Alec berbalik dan berjalan gontai ke kamarnya.

[OUT]
Aleciel Godwin
Aleciel Godwin
Member
Member

Posts : 48
Points : 50
Reputation : 0
Join date : 06.06.09
Age : 30

Character Bio
Job: SMU kelas 1, tapi sedang mencari kerja paruh waktu
Status: Single
Self-quote: "Take it easy, things will work out eventually..."

Kembali Ke Atas Go down

[CLOSED] Now what? Empty Re: [CLOSED] Now what?

Post by Dylan Stephens Mon Jun 22, 2009 9:36 am

Mengapa ia harus meminta maaf?

Alec tidak salah, mengapa ia harus meminta maaf? Apakah karena ia merasa telah menyakiti hati Dylan? Lucu. Dylan yang salah. Dylan yang telah mengungkapkan perasaannya. Lelaki berambut hitam itulah yang telah menghancurkan apa yang telah ia jaga selama ini, apa yang telah menjadi kebahagiaannya selama ini. Ia sendiri yang telah membuat perasaannya menjadi seperti ini.

Akan tetapi, mengapa anak itu yang meminta maaf?

Dylan menatap pintu lift yang telah tertutup. Wajahnya yang ia usahkan tenang berubah. Terpancar kesedihan di matanya dan sakit. Sakit yang amat dalam. Ia menggigit bibirnya sedikit sebelum menatap ke arah dinding lift yang ada di sebelahnya.

Dan terdengar suara hantaman yang keras.

Tinjunya melayang ke dinding lift itu. Ia kecewa, kesal, sedih, marah - semua bercampur dalam batinnya. Mengapa jadi seperti ini? Ini adalah yang terakhir yang ia inginkan. Kepalan tangannya bergetar. Sakit, ia memang tidak biasa meninju sesuatu seperti itu (tepatnya, ia jarang sekali menggunakan kekerasan. Semuanya selalu ia pikirkan dengan logika). Namun, hatinya lebih sakit. Rasanya ia ingin berteriak.

Sialan.

Ia menatap ke arah dinding di hadapannya, kepalan tangannya ia tarik. Kamu puas, Dylan? Ini tidak akan menyelesaikan apapun. Marah-marah tidak akan menyelesaikan apapun. Mata hijau keemasannya melirik ke kepalan tangannya sambil menggelengkan kepala. Ia menarik nafasnya dan menghembuskannya. Ia harus tenang. Ia harus bisa berpikir dengan kepala dingin. Tidak lucu, kan, kalau ada seseorang yang masuk ke lift dan melihatnya seperti ini. Apalagi, kalau mereka memberi rasa iba. Dylan tidak butuh itu, berikan saja pada anak-anak malang korban bencana alam atau anak yatim piatu.

Tangan kanannya ia taruh di dahinya, punggungnya kembali bersandar pada dinding, kepalanya ia tegadahkan ke atas. Matanya terbuka, sebelum terpejam, sebelum helaan nafas berat lagi-lagi terdengar darinya. Hatinya kacau. Ia benar-benar bingung harus berbuat apa. Tidak, ia tidak akan menangis. Ia bukan anak kecil, kau tahu?

Ia berusaha bangkit dari bersandar ketika angka tujuh menyala di antara tombol-tombol itu. Ia menarik nafasnya lagi, menghembuskannya lagi, dan menaruh kedua tangannya di saku celananya. Sikapnya harus tenang, ia tidak mau ada kabar burung yang tidak-tidak lantaran dirinya bersikap aneh. Dilihatnya pintu lift yang mulai terbuka. Kakinya ia langkahkan keluar dari ruangan sempit itu, berjalan menuju kamarnya.

Ia hanya menatap lantai. Berpikir? Intropeksi diri? Atau masih larut dalam perasaannya yang kacau balau? Entahlah. Ia tidak boleh hancur hanya karena ini. Tidak, bukan berarti ia tidak boleh sedih, itu wajar untuk manusia, bukan? Sedih ketika mereka melakukan kesalahan dan kehilangan sesuatu. Namun, ia harus mendapatkan cara untuk memerbaiki semua ini. Akan tetapi, apa?

Yang bisa ia lakukan sekarang hanya kembali ke kamarnya dan pikirkan itu nanti.

[Out]
Dylan Stephens
Dylan Stephens
Member
Member

Posts : 38
Points : 44
Reputation : 0
Join date : 11.06.09
Age : 31

Character Bio
Job: 1st Grade Senior High School
Status: Single
Self-quote: "We live with others."

Kembali Ke Atas Go down

[CLOSED] Now what? Empty Re: [CLOSED] Now what?

Post by Sponsored content


Sponsored content


Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik