Do you have any families?

Timeline: pagi menjelang siang.
Setelah orang-orang sudah menghabiskan breakfast-nya.

Kenta memang sendiri saat kemari, karena memang sendiri. Bukan karena ia seseorang yang mandiri, tapi karena ia tidak memiliki siapa-siapa. Saat berkeliling apartment baru ini, ia tidak sengaja masuk ke dalam ruangan penuh dengan laci, kalau tidak salah, ini ruang surat untuk semua penghuni. "Tidak akan ada surat untukku." gumam Kenta saat melihat laci-laci itu. Tapi tunggu sebentar, apa salahnya untuk dicek? Mungkin ada surat untuk Kenta dari pria yang memberinya uang beberapa hari yang lalu. Tapi, yahh, memang tidak ada. Tanpa sadar, air mata mengalir dari matanya, lalu ia berkata pelan, "Aku memang tidak punya siapa-siapa."

Qwerty's Timeline: Sehari setelah dari box telepon, pagi-pagi

Qwerty bangun tidur, menyikat gigi, memakai mantel berbulunya, memakai sandal, keluar kamar. Wajah berantakan, rambut berantakan. Hey pemuda manis ini terlihat linglung karena ia baru mendapat e-mail dari bos tercintanya.

'I'm cancel the trip, check your mailbox'

Apa maksudnya? Batal mengunjungi atau hm... Qwerty tidak mengerti. Ia lalu bergegas turun ke lantai dasar melihat kotak suratnya. Seraya kemudian ia merogoh laci bernomor [307] miliknya. Ada beberapa amplop di sana. Tidak punya kerabat pun ia punya pekerjaan.

"Hm... nai," helaan nafas sambil mengecek amplop-amplop tersebut. Yak memang benar, ada 3 amplop tidak terlalu tebal dari bosnya yang berinisial 'K'. Qwerty membuka isinya, sebuah CD dan selembar surat. Terlalu sulit membacanya dengan mata mengantuk, Qwerty memasukannya lagi ke dalam.

Berharap bisa meninggalkan tempat itu dan kembali ke kasurnya. Namun langkah Qwerty terhenti begitu ia melihat ada orang lain. Hm... coba lihat orang itu, dan hey kenapa dia menangis sambil berkata-kata tentang 'tidak punya siapa-siapa'?

Qwerty mendekatinya, "Nai... nai... kenapa menangis?" tanyanya sedikit banyak agak polos. Bertanya tanpa mengerti apa yang harus ditanyakannya.

OOT: Join
Timeline: setelah dari What a Crazy Guardian.

Hu-uh..

Sial, sial, sial!

Gara-gara Sieg walinya yang brengsek dihajar Sieg atas apa yang dilakukannya kemarin malam, Alf jadi merasa lelah berkali-kali lipat dari biasanya, apalagi dengan kegiatan klub yang dilakukannya hari ini, haah makin menambah rasa lelahnya saja.

Oh ya sebelum lupa sebaiknya Alf mengecek apa ada surat di mailboxnya, sebenarnya Alf tahu mungkin percuma saja melakukan hal itu karena sifat kedua orangtuanya yang tidak mau repot dan lebih mementingkan kepentingan mereka sendiri masing-masing saja. Bahkan keberadaan anak satu-satunya seperti Kaistern saja bisa mereka lupakan.

Apa sekalian saja Alf memeriksakan apakah ada surat-surat untuk walinya itu? Ah, tapi, mengingat Sieg yang diusir dari rumahnya sepertinya tidak ada kemungkinan dia mendapat surat dari kedua orangtuanya ya, memikirkan itu rasanya Alf jadi lumayan kasihan juga pada walinya itu, bekerja sampai malam berusaha membiayai kehidupannya seorang diri.

Belum lagi kehadiran Alf yang akibat hubungan kerjasama antara keluarganya dengan keluarga Sieg mengakibatkan Alf yang masih tidak tega diringgalkan kedua orangtuanya untuk tinggal seorang diri sehingga menitipkan Alf pada Sieg. Pasti walinya itu benar-benar kelelahan ya, mungkin sesekali Alf harus membantunya atau membiarkan walinya itu mengusili dia? Uh, untuk yang terakhir sepertinya harus dipikirkan dahulu deh.

Pertengkaran..

Haah, sampai sekarang Alf masih tidak percaya kenapa kedua orangtuanya masih belum juga bercerai dengan keadaan yang tidak pernah membaik seperti itu. Bukannya Alf mengharapkan agar kedua orangtuanya bercerai sih, hanya saja..dia merasa hubungan kedua orang itu sudah tidak ada gunanya kalau yang tiap hari mereka lakukan hanya bertengkar, bertengkar, dna bertengkar saja walaupun hanya bari sebentar bertemu.

Sebenarnya karena alasan itu jugalah yang membuat Alf memilih untuk tinggal seorang diri saja di sebuah apartemen, meninggalkan kehampaan rumahnya yang hanya diisi oleh dua orang dewasa egois yang mungkin saja memutuskan tetap menjaga citra mereka di muka umum karena takut digunjingkan dan sebagainya.

Tapi sekarang hal seperti itu sudah tidak ada gunanya lagi, bermaksud menghampiri kotak posnya Alf melihat dua orang pemuda, uh dia tidak yakin dengan pemuda yang berambut biru sof melihat wajahnya yang sangat cantik seperti perempuan, tapi tidak mungkin apartemen ini dihuni oleh perempuan mengingat semua penghuninya laki-laki kan?

Tidak sengaja, Alf melihat pemuda yang satunya seperti sedang..menangis?! Alf menggosok-gosok matanya tidak percaya, apa yang dilihatnya itu betul, menangis? Tidak yakin dan khawatir sesuatu terjadi pada pemuda itu Alf pun perlahan-lahan mendekati kedua orang pemuda itu.

"Ma-maaf apa ada masalah?"

Kenta masih sedikit menangis saat ada orang lain datang dan berkata, "nai... nai... kenapa menangis?". Pertanyaan wajib kepada seseorang yang sedang berwajah muram, dan menangis. Ah, untuk apa menangis? Dengan menangis ia tidak akan langsung mendapat surat dari keluarganya, lagipula, siapa yang masih mau menjadi keluarganya? ia dan ibunya sudah dianggap seperti penghianat. Akhirnya setelah beberapa menit terdiam, ia berkata, "Ah, aku tidak apa-apa, kau mengambil surat? senang ya...". Baru saja ingin berbicara pada anak yang manis itu, lalu ada pemuda lain yang datang. Sejak kapan surat kembali nge-trend, dan SMS ditinggalkan? "Kalian semua mau mengambil surat ya?"

^^ Kenta-san had double post?
Please delete one, Qwerty can't delete it -w-
--------------------------------------------------------

Nai~
Nampaknya ini seperti kekecewaan karena tidak mendapatkan surat. Kenapa? Justru Qwerty merasa dirugikan dengan surat yang berisi CD penuh dengan data transmisi-apalah-itu-namanya.

Seseorang datang, bertanya. Qwerty diam, menjawab "Nai... Qwerty juga tidak tahu kenapa, hm?" ia menjawab seadanya. Memang tidak tahu situasi apa saat itu, ini tidak ada dalam buku praktik bersosialisasi.

Hingga perhatian Qwerty selanjutnya terarah pada orang pertama yang lantas bertanya. Sepertinya Qwerty pernah bertemu dengan orang ini... tapi ia agak sedikit bingung, mungkin karena masih mengantuk jadi tidak bisa memfokuskan ingatan. "Hm... kenapa mengambil surat menyenangkan?" tanya Qwerty membalikan pertanyaan tadi. "Qwerty juga hanya menerima surat berisi data pekerjaan. Hng... tidak ada bagusnya," tambahnya sambil menampilkan wajah masam walau senang setidaknya dengan surat itu tidak ada kunjungan dari bosnya.

Tampaknya orang lain yang ada di ruangan itu mulai keanehan dengan Kenta. Bagaimana tidak, seorang laki-laki menangis? Memalukan, lalu wajah Kenta yang tadinya merah karena menangis, kini merah karena menahan malu. Anak yang manis itu bertanya pada Kenta, dan menjelaskan kalau menerima surat tidak terlalu menyenangkan, "Yah... setidaknya kalian bisa memiliki surat kan? aku tidak memiliki siapa-siapa, jadi tidak akan ada surat, huh, konyol ya?"

Sepertinya pemuda yang menangis itu tidak apa-apa, huh sampai kaget Alf, dikiranya pemuda itu kenapa-kenapa kalau sampai seperti itu bsia gawat kan? Terlalu cemas? Yah, kalian tidak bisa menyebut Alf seperti itu jika tinggal dengan seorang wali yang bergelas bloody red, jahil dan urakannya laur biasa bahkan preman saja mungkin tidak bisa mengalahkan sifatnya itu.

Pemuda yang berwajah cantik itu sepertinya juga tidak tahu dengan keadaan pemuda yang tampak mengkhawatirkan itu, tapi tidak lama kemudian pertanyaan itu terjawab ketika pemuda itu berkata dia tidak apa-apa, dan mengapa dia berkata mengambil surat adalah sebuah kesenangan?

Dibilang mau mengambil surat juga sebenarnya tidak melihat kondisi orangtuanya yang mana mungkin mau repot-repot mengirim surat? Paling-paling mereka hanya mengirim 1 atau 2 email ke laptop Alf yang isinya pasti hanya basa-basi saja seperti 'bagaimana keadaanmu?', 'kau baik-baik saja kan?', 'teman-teman barumu baik kan', dsb yang membuat Alf muak.

"Aku jarang menerima surat kok, hanya sedang mengambilkan surat milik wali dan teman sekamar"

Ya, benar kata pemuda berwajah cantik itu, apa menyenangkannya sih mengambil surat? Apalagi kalau surat itu hanya berisi basa-basi hanya agar mereka tidak dicap sebagai orang yang menelantarkan, atau bisa kita bilang bermuka dua.

Pemuda itu tidak lama kemudian berkata tentang suatu hal yang menyedihkan, tidak punya siapa-siapa eh? Apa orangtuanya sudah meninggal? Kalau dipikir seperti itu Alf jadi merasa bersalah pada kedua orangtunya yang memang masih ada walaupun tidak bisa dibilang baik juga.

"Maaf, orangtuamu..uh, itu tidak bisa dianggap konyol pastinya, aku juga tidak pernah mendapatkan surat dari orangtuaku kok, setidaknya, mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing"

Haah jadi ingat lagi hal-hal buruk itu deh, ucapan pemuda itu seperti benar-benar menancap tepat perasaan Alf di lubuk hati terdalamnya. Ah, sudahlah, mengingat seperti itu juga tidak ada gunanya.

Bicara tentang tidak punya siapa-siapa? Bicara tentang keluarga? Bicara tentang orang tua? Bicara siapa yang paling kesepian?

Qwerty menguap, ini masih jam tidurnya karena ia biasa hidup di malam hari kecuali untuk hari-hari tertentu. Dan beberapa hari belakangan ia tidak bisa tidur karena pekerjaannya berantakan.

Pemuda manis ini agak mendengarkan perkataan si pemuda menangis tentang 'tidak mempunyai siapa-siapa jadi tidak mendapatkan surat', hal itu agak membuat Qwerty berpikir. "Qwerty juga tidak punya siapa-siapa kok, dan hanya mendapatkan surat untuk bahan pekerjaan." Berucap tanpa tahu arti 'kesepian', memang susah untuk seseorang yang agak emotionless seperti dirinya.

Dan satu kalimat lagi pemuda yang baru datang untuk mengambil surat wali dan teman sekamarnya (katanya) tentang 'orang tua yang sibuk' membuat Qwerty semakin berpikir. Hm... "Qwerty juga tidak punya orang tua dan keluarga, dan tidak mendapat surat dari mereka. Memangnya itu buruk ya?" ia bertanya, dengan polosnya. Kalau dipikir memangnya siapa yang menjadi keluarga dari anak hilang ini?

Kenta mungkin MEMANG orang paling malang di dunia, seharusnya tadi ia tidak berkata sekonyol itu. Kata-ata tadi secara tidak langsung telah membuat harga dirinya hancur, padahal niatnya ke ruangan ini hanya untuk berkelana, tapi malah jadi seperti sesi curhat, pemuda itu sepertinya khawatir, karena ia berkata,
"Maaf, orangtuamu..uh, itu tidak bisa dianggap konyol pastinya, aku juga tidak pernah mendapatkan surat dari orangtuaku kok, setidaknya, mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing". Dengan perasaan yang agak ragu, Kenta berkata, "Umm, bagimu mungkin tidak, tapi bagiku, mengaharpkan surat dari ibu yang sudah tidak ada, adalah hal yang sangat konyol, apalagi berharap dari mantan ayahku, sama saja berharap aku bisa mengulang waktu."

Anak manis itu juga sepertinya ikut terharu dengan kisah dramatis ini, tapi ia sama, ia juga tidak punya orang tua, "Ya... kalau begitu ita senasib, hahaha."

Pemuda berwajah manis yang mengaku bernama Qwerty sepertinya dilihat dari ucapannya barusan mengatakan bahwa dia juga tidak mempunyai orangtua, wah kok suasananya jadi murung seperti ini sih?

Alf juga walaupun masih mempunyai orangtua tapi jika kenyataannya seperti itu apa bagusnya? Sama saja mereka berdua tidak ada kan? Menutup-nutupi kenyataan bahwa hubungan mereka sudah retak di muka umum, berusaha menjadi orangtua yang baik padahal hal tersebut hanya terlihat seperti sebuah kemunafikan bagi Alf.

Kembali ke topik awal, menoleh ke arah pemuda berwajah cantik yang berkata bahwa dia hanya menerima surat pekerjaan dan sudah tidak mempunyai orangtua serta mendengar jawaban dari pemuda yang berwajah sedih itu Alf hanya terdiam, bingung harus berbicara apa, sepertinya suasana disini benar-benar tidak cocok dengannya ya?

Walau kalau kita pikir baik-baik bukan hanya pemuda berambut hitam itu saja yang merupakan orang paling malang di dunia mengingat pemuda berwajah cantik itu juga sudah kehilangan orangtuanya, tapi yah, anggapan orang kan berbeda-beda, menurut Alf sendiri dia juga termasuk orang yang malang kok, tapi mungkin juga bagi orang hal itu biasa-biasa saja kan?

Ah sudahlah, memikirkan hal itu tidak ada habisnya, dan mengingat dia harus segera pulang untuk membereskan kamarnya sebelum walinya itu datang, jadi Alf segera mengecek kotak surat milik wali dan milik dia sendiri, setelah selesai dia menoleh ke arah dua pemuda itu.

"Aku harus segera kembali ke kamar, dan..kau, menurutku bukan hanya kau saja yang paling menderita di dunia ini kok, jadi jangan berpikir seperti itu, maaf kalau aku sok tahu, permisi"

Alf menatap pemuda berambut hitam itu, dia menundukkan kepalanya tanda permisi pada kedua pemuda itu lalu membalikkan badan, menuju ke kamarnya yang berada di lantai 4 sekarang.

[OUT]

Hng... Qwerty sama sekali tidak mengerti dengan pembicaraan tentang keluarga ataupun orang tua. Ia bukannya tidak memiliki mereka, mungkin saja ia memiliki orang tua dan mungkin saja orang tuanya masih hidup dan sedang mencari-cari dirinya. Yah begitulah orang yang ingatannya direset dan hidup secara emotionless.

"Hm nai... Qwerty tidak mau disamakan nasibnya dengan orang-orang malang. Setidaknya Qwerty cukup senang hidup sendiri, kecuali dengan pekerjaannya," segelintir kata-kata bermakna atau tidak meluncur dari mulutnya. Bisa juga anak manis satu ini dikala ngantuknya.

Kemudian orang kedua meninggalkan mereka setelah memberi petuah, ah... Qwerty hanya berpikir mengapa manusia bangga dengan menjadi orang yang paling menderita?

Hhh... ia melihat amplop di tangannya, "Sepertinya Qwerty harus kembali, banyak tugas menunggu." Ia ikut membungkuk, masih ngantuk kemudian berjalan... hell nai~ mengapa selalu bekerja rasanya.

[Qwerty Out nai~]